[Poetry] That Pain

Semua orang seperti ini saat pertama kali merasakannya. Kau akan merasa sakit dan langit berubah menjadi gelap.

Rasanya bumi akan berhenti berputar seiring menghilangnya dia dari hidupmu.

Kemudian kau juga akan berpikir untuk menghentikan hidupmu.

Tetapi kau tidak tahu.

Waktu akan terus berjalan.

Dia tidak akan menunggu rasa sakit di hatimu itu hilang.

Karena waktu tahu, dia yang akan menyembuhkan hatimu. Rasa sakit hati itu akan menghilang suatu hari nanti.

Tidak peduli seberapa sakit hatimu, hidupmu harus terus berjalan.

 

 

18.07 AM

Malang, 24 April 2014

Tentang “NC Rated Fan Fiction” di Indonesia

distadee ad absurdum

I don’t know how to begin, .. (biasanya juga gitu)

Sudah lama sekali sebenarnya aku ingin menulis tentang hal ini, berawal dari keprihatinan aku sama liarnya imajinasi para penulis di dunia blogger yang semakin menggila, tapi nggak pernah tersampaikan secara tersurat dalam tulisan apapun di blog pribadiku. Alasannya sangat klasik, aku malas menuliskannya, hanya cuap-cuap penuh sarkas di dunia twitter aja menghujani timeline while abusing my followers. Tapi beberapa waktu yang lalu aku sempat membaca sebuah artikel tentang research kecil yang ditulis oleh Galih Respati Pradana Mukti di tumblrnya tentang “Studi Kausal Remaja Dibawah Umur Banyak Membaca FF NC Menggunakan Teori Penyebab Kecelakaan Domino Frank Bird” yang kemudian bikin aku jadi banyak berpikir sendiri, lalu tadaaa … aku tulislah sekarang post ini.

View original post 1,437 more words

menggambarkan emosi dalam cerita tanpa membuat karaktermu terlalu “sadar diri”

bisa di jadikan referensi untuk membuat karya tulisan 😀

Jia Effendie

janice hardy, seorang novelis amerika, menulis ini untuk romanceuniversity.org. saya mencoba menerjemahkannya untuk teman-teman 🙂

Image

emosi penting untuk membuat karakter terasa nyata. namun, mendeskripsikan mereka dari kejauhan terkadang membuat pembaca merasa “terputus” dari karakter tersebut. deskripsinya tidak terasa seperti perasaan karakter, tetapi seperti penulis memberi tahu pembaca bagaimana perasaan si karakter.

jika kita menggunakan sudut pandang orang ketiga serbatahu, mungkin tidak akan terlalu terasa. namun, bagaimana jika kita menggunakan sudut pandang orang ketiga terbatas atau sudut pandang orang pertama? kita bisa saja kehilangan hubungan emosi dengan pembaca.

contoh:

“aku menyeka keringat dari alisku dengan tangan gemetar, sisa ketakutan dari pengalaman-hampir-mati-barusan mengalir lewat pembuluh darahku.”

apakah kamu merasakan ketakutannya? barangkali tidak, karena si tokohnya pun sepertinya tidak merasakannya. orang-orang yang sedang ketakutan tidak akan berpikir tentang apa yang mengalir di pembuluh darah mereka atau kenapa ia mengalir. mereka hanya merasakan dan bereaksi.

“dengan tubuh bergetar, aku beringsut ke bangku terdekat dan…

View original post 567 more words